Minggu, 02 Mei 2010

SUKSES BESAR TANPA GELAR

I. Pintu Sidoarjo (Bill Gates: “Emangnya Gue Pikirin”)

Nama Bill Gates sudah tidak asing lagi bagi kita apalagi bagi para mahasiswa atau orang yang gemar belajar computer. Bill Gates seorang pendiri sekaligus pemilik perusahaan software computer terkemuka yaitu Microsoft. Dia adalah orang kaya di dunia yang tidak lulus dari universitas di Amerika tempanya kuliah. Bill Gates memulai usahanya dari berjualan computer di garasi rumahnya. apakah Bill gates khawatir tidak mendapat gelar akademik?Jawabny:”Emangnya Gue Pikirin” (jawab sekaligus canda Dewi Motik Pramono seorang pengusaha sukses). Umumnya orang sukses lebih khusus pengusaha sukses tidak sekolah, apalagi sekolah tinggi. Dengan kata lain gelar resmi dari sekolah resmi tak begitu signifikan dalam menjaring rizki dari Allah SWT. Hal lain yang lebih baik adalah menciptakan peluang bisnis, dan merebutnya, kemudian mengubahnya menjadi uang. Belajarlah menjadi pengusaha meski kecil dan tidak dalam khayalan. Jangan menanti peluang, tapi rumuskan tantangan, lalu menjawab tantangan maka tercipta peluang.

Memulai usaha dari kecil untuk sukses, baru mencari gelar. Membanggakan gelar tetapi malas, maka sukar sekali untuk maju hidupnya. Malas, tidak berani memulai lengkah baru meski kecil, ragu-ragu, maju mundur, tidak teguh menghadapi kesulitan, maka tidak bisa sukses dalam hidup. Janganlah memburu dan mengagungkan gelar dalam hidup ini, tapi yang utama dan terpenting dilakukan adalah terus menerus membuka diri untuk belajar menuntut ilmu dan memperluas pergaulan, memperdalam pengalaman hidup. Kesuksesan dapat diraih hanya dengan mencari dan mencoba menceburkan diri pada pengalaman baru, terus menerus belajar sendiri, self study, otodidak. Kata Prof. Dr. H Zakiyah Darajat “usahakan membaca buku setidaknya 2 halaman sehari”.

Kunci rahasia sukses tanpa gelar adalah belajar dan tukar menukar pengalaman hidup dengan orang lain, terus menerus. Sukses hidup, mengenal Allah SWT dan taat kepada-Nya, terbuka untuk semua orang bergelar atau tidak, yang penting mencari terus menerus dan belajar tak kenal henti.

II. Pintu Surabaya (SOHO:Rumahku Kantorku)

Seorang karyawan di salah satu perusahaan di Jakarta hanya mendapat garji untuk menafkahi keluarganya hanya setara dengan 35 kg telur setiap bulan atau 1 kg setiap hari. Sungguh minimal sekali, tapi alhamdulillah karena masih ada yang lebih buruk, ada 42 juta pengangguran dan 35 juta orang miskin. Alangkah melaratnya Indonesi yang sebenarnya sangat subur dan kaya. Problemnya, “Bagaimana meningkatkan harga diri, kebebasan dan penghasilan di tengah-tengah Indonesia yang sangat subur dan kayaini? Mungkinkah kita dapat berzakat, umroh menunaikan haji? Kemustahilan ini dapat dipecahkan dengan menjadi wirausaha. Bisnis, dagang, berwirausaha adalah kosa kata yang sering ditinggalkan dalam percakapan, tapi merupakan sunah Rosulullah yang paling dilupakan umat islam. Umat islam pandai salat tapi belum pandai membuka warung. Supaya tettap pandai salat tapi juga pandai membuka kios, took dan warung, maka belajarlah berdagang.

Supaya murah, sederhana dan tak mahal, maka mulailah dari rumah sendiri dengan membuka warung kecil-kecilan seperti warung gado-gado, soto, bakso, dll. Tak ada halangan sama sekali untuk itu, dan itulah yang disebut konsep SOHO (small office home office) rumahnya adalah kantornya. Konsep SOHO boleh dicoba untuk mengembangkan diri di hari-hari mendatang. Kecuali untuk mengembangkan diri juga untuk mengembangkan perusahaan sendiri sekaligus meningkatkan pendapatan keluarga. Rumah adalah satu kemungkinan yang sangat terbuka. Dengan rumah sebagai tempat memulai usaha, banyak keuntungan yang dapat diperoleh antara lain:

1. Menekan resiko sekecil mungkin
2. Menghemat pengeluaran yang tidak perlu, seperti ongkos dari rumah ke tempat kerja, biaya listrik, dan perawatan.
3. Hubungan dengan anak masih dapat terpelihara dengan baik, karena mudah bertemu dengan mereka setiap saat.
4. Memotivasi tetangga sekitar untuk turut berwirausaha dengan diri sendiri terlebih dakulu sebagai bukti dan contoh teladan.
5. Menyiapkan mental_psikologi dan lingkungan secara kongkrit kepada anak untuk berwirausaha sendiri.
6. Memperbesar fungsi rumah sebagai tempat beramal sholeh melalui jalur perdagangan dan bisnis.
7. Melatih diri untuk berwirausaha secara bertahap dan berkelanjutan sebelum besar dan memiliki dan mengendalikan beberapa perusahaan sekaligus.
8. Memelihara diri sang muslimah dari fitnah pergaulan kantor.
9. Mengoptimalkan kemampuan sendiri dengan merdeka dan bebas.
10. memperbesar kesuksesan hidup, tanpa meninggalkan nilai-nilai isalm dengan tetap menjalankan kewajiban sebagai ibu atau kepala rumah tangga
11. Meningkatkan harga diri sebagai muslimah
12. Meningkatkan dan memperbesar penghasilan keluarga
13. Menambah memperkaya pengalaman hidup, ilmu, wawasan dan jaringan diri sendiri.

Keberanian untuk memulai suatu usaha apapun sangat diperlukan. Jika punya uang wirausaha, tapi keberanian tak ada, maka sebenarnya modal itu sudah habis, karena berani adalah modal sejati.



III. Pintu London (Rahasia Sukses Besar Siti Nurhaliza)

Ada 10 rahasia yang membuat Siti Nurhaliza sukse besar dalam hidupnya yaitu sebagai berikut:

1. Sistem yang mendukung. System yang mendukung bagi karier Siti, baik perusahaan yang diikutinya, kelurga dan masyarakat sekitarnya
2. Positioning yang tajam. Sebelum Siti masuk dalam dunia musik, dia telah menetapkan positioning yang tepat dan teguh, menetapkan sasaran yang jeli dan istiqomah sehingga Siti tidak seperti artis lainnya yang hanya angina-anginan terbawa arus, dan hasilnya Siti masih digemari penontonnya sampai sekarang.
3. Cantik. Kecantikan memang anugerah yang Maha Kuasa, tapi dengan potensi dan apapun yang kita miliki kita patut bersyukur dengan menjaga dan membina budi pekerti, serta akhlaq sehingga setiap orang bisa terpesona melihat kita.
4. Suara Emas pemberian Allah SWT yang juga sangat mirip dengan kecantikannya, perlu disyukuri dengan menjaga akhlaq yang baik
5. Sikap yang rendah hati membuat orang takluk dan menghormati.
6. Inovatif, karena sebenarnya setiap orang pasti menginginkan sesuatu yang bermanfaat dan baru. Oleh karena itu, orang sukses selalu inovatis, yaitu melahirkan sesuatu yang baru dan tak terduga sehingga orang terpuaskan olehnya.
7. Membuka pasar yang baru. Siti menyadari agar sukse dalam dunia musik, seseorang haruslah menciptakan peluang bisnis, bukan hanya menunggu. Jika orang malas menciptakan pasar baru bagi produk dan jasa, tentulah dia tidak mendapatkan apa-apa dalam hidupnya, kecuali mendapatkan durian runtuh, warisan besar dari orang tuanya.
8. Terbuka pada pandangan, kritikm nasehat dari orang lain, membuat seseorang cepat maju dalam hidupnya, sangat cepat memperbaiki kekurangan diri.
9. Tersenyum pada siapapun karena senyum adalah bersedekah, menjadikan orang lain senang dan bahagia.
10. Sopan santun adalah dasar dari segala kesuksesan sejati, baik sopan santun tutur kata, pakaian dan perilaku.



IV. Pintu Medan (Langkah Pertama sama dengan Sukses Besar)

Melangkah untuk memulai usaha merupakan suatu awal suatu kesuksesan.Jika langkah pertama sudah dimulai, insya Allah langkah berikutnya dalam berwirausaha lebih mudah, karena pengalaman sudah terbentuk, pola kerja sudah dihayati, hati lebih yakin, cita-cita besar bertambah. Dikecam, dikritik, dihina, dalam memulai suatu usaha sudah biasa. Di dunia ini tidak ada suatu keadaan yang tanpa resiko atau zero risk.selain itu diperlukan pengorbanan untuk terwujudnya sebuah cita-cita, keinginan dan terobosan yang lebih besar agar masyarakat berubah kearah yang lebih baik.

Menjadi seorang produsen apalagi produsen tingkat pertama sangat sulit sekali karena biasanya berpenghasilan rendah dan perlu perjuangan yang mati-matian. Suatu contoh misalnya pengarang maupun penulis buku. Haisl karangannya sudah dimasukkan ke berbagai penerbit, namun sering dan selalu ditolak. Oleh karena itu, perlu ada usaha tambahan yaitu dengan menjadi pengaran sekaligus penerbit langsung. Dengan demikian, siapa yang akan menolak tulisan kita?Tidak ada. Oleh karena itu, selain menjadi produsen tingkat pertama lebih baik dilanjutkan menjadi produsen tingkat ke dua.

Jangan menjual produk kita ke pemasar lain dengan harga murah, bahkan banyak dicacat dan ditolek. Lebih baik produk mentah kita, diolah lagi sendiri agar menjadi produk siap konsumsi. Dalam hal ini diperlukan dua aspek yaitu aspek bisnis dan produksi yang keduanya harus seimbang.

Pernah dengar dengan rahasia sebuah perusahaan? Ya, memang dirahasiakan. Tapi membeberkan rahasia perusahaan kita pada orang lain akan membantu orang lain untuk berusaha pula. Urusan saingan jangan takut. Semua sudah diatur oleh Allah SWT. Yang terpenting kita sudah memulai langkah pertama dengan baik. Urusan rezeki sudah ditentukan yang di atas.

Satu realita mengenai berdirinya suatu usaha penerbitan milik Yudi Pramuko. Bagi seorang pengarang, untuk menjual karangan sendiri pada penerbit sangat sulit sekali. Bila mengandalkan tulisan, sulit untuk menopang biaya hidup. Pengarang yang mempunyai cita-cita besar dan mulia, hidupnya bisa terlunta-lunta, sampai usia senja dan selalu menghamba pada penerbit. Jika ingin kaya dengan jadi pengarang, maka sangat sulit sekali.

Bagaimana agar tulisan kita laku? Jawabnya jangan menjual naskah pada penerbit lain. Jika seorang pengarang ingin sukses besar, dengan banyak uang maka jadilah pengarang yang banyak uang dengan mengelola penerbitan milik sendiri. Naskah buku yang sudah jadi usahakan diterbitkan sendiri. Menjual naskah ke penerbit lain hanya dilakukan oleh orang yang menghindari sikap wirausaha. Memang tidak semua orang tahan hidup sebagai intrepreneur. Namun seseorang yang ingin merintis jalan baru jalan wirausaha sebaiknya ia berenang dengan gagah perwira di lautan yang abru dan asing. Jangan jual naskah ke penerbit lain.

Penerbitan cukup dikelola sendiri, dimulai dari dumah kontrakan, jiwa merdeka, belajar berwirausaha, dan bisa terus menerus mengarang buku, kaya raya. Jika ingin kaya, menulislah, terbitkan sendiri, jual buku itu sendiri, dan tagihlah sendiri uangnya. Pahitnya, getirnya, manisnya, asinnya, jadi pengarang buku, sekaligus penerbit buku-bukunya sendiri ,semua pengalaman itu menjadi ilmu yang dianugerahkan Allah SWT. Penonton, tukang kritik, dan para pengamat paling jauh cuma berkomentar. Hikmah yang dapat diambil adalah semua pekerjaan yang dilakukan sendiri dengan tangan sendiri akan lebih baik dan memuaskan. Bila buku sudah dikirim ke agen, sudah tidak ada lagi pekerjaan selain mengarang lagi untuk dijual. Semua itu bisa dilakukan sendiri. Namun, bila omzet sudah banyak dan memerlukan pembukuan yang lebih bagus, maka bolehlah menggaji sanak saudara yang lulusan SMK akuntansi untuk membantu, dan kita bisa mengarang lagi tanpa masih pusing memikirkan soal pembukuan.

Awal dari suatu wirausaha semua pekerjaan dilakukan sendiri jangan bergantung dan mengharapkan bantuan orang lain. Gantungkan bisnis tersebut pada Allah SWt, karena Diala yang akan menentukan. Manusia hanya bisa berusaha dan berporses, bukan hasil. Biarkan Tuhan yang menentukan.

Yudi Pramuko dalam memasarkan bukunya diperhitungkan dengan baik. Dia membuat strategi pemasaran. Memilih dua atau dua distributor yang besar untuk memasarkan bukunya lebih baik dan tepat dibandingkan menjual buku pada agen-agen buku yang hanya mengambil 10-50 buku. Meski harga lebih rendah, tapi uang cepat berputar. Pengarang tak perlu menghabiskan waktu untuk berjualan. Waktunya bisa digunakan untuk mengarang.

Kiat praktis untuk membuat naskah buku made in my self caranya buat naskah buku seperti buku yang laris dipasarn. Caranya dengan menemukan buku yang terjual laris di toko. Lihat jumlah cetakannya, bila dicetak lebih dari 5 kali boleh kita anggap laris. Buatlah buku sejenis dengan cara memberikan sedikit inovasi dan pembaharuan. Bila anda seorang idealis, maka turunkan idelisme anda agar lebih realistis dan marketable. Lihatlah dengan kacamata pembaca. Jangan dari kacamata pengarang. Ciptakan aturan menulis naskah ciptaan sendiri.

Bagimana menentukan harga jual? Tentukan dengan melipatkan harga cetak sbanyak 5-6 kali. Jadi jika harga cetaknya 2000, maka harganya antara 10000 sampai 12000. Jumlah cetakan sesuaikan dengan BEP atau titik balik impasnya. Jika BEP nya 1000 buku, maka cetaklah 5000 buku. Kemudian apakah harus mencetak sendiri? Jawabnya tidak. Banyak percetakan yang bersedia membantu. Cara praktis dan strategismenjual buku, dengan berteman dengan agen atau distributor yang terpercaya. Pertama, tawarkan sebuah buku ke distributor, kedua kirimkan pesanan distributor ke bagian pemesanan mereka.

Manajemen penerbitan perlu dibangun dengan bertanya dan belajar dari pengalaman orang lain. Terjun langsung mengelola penerbitan sendiri adalah kiat praktis berharga dan mahal nilainya.

Tema buku yang dikarang jangan dibatasi dulu karena kita lebih bebsar memilih tema yang diminati pasar. Tema yang bisa dipilih antara lain tema remaja, agama, politik, soaial, anak-anak, komik, ekonomi, dakwah islam dll. Lalu bagaimana menentukan nama penerbitan? Caranya cari nama perusahaan atau apapun yang terkenal kemudian tambahi emberl-embel. Misalnya “Krakatau” yang sudah dikenal. Orang akan menganggap kita adalah sesaudara dengan perusahaan tersebut. Buat alamat yang jelas dan lengkap, dari kode pos, no telepon, email, bahkan web bila perlu. Soal uang untuk modal kita bisa pinjam kepada teman atau siapa saja. Masalah badan hokum yang dipilih bisa diatur belakangan bila penerbitan sudah berjalan dengan baik. Bisa memilih PT, CV, dan lain-lain. Buku besar untuk pembukuan perlu dibeli, stempel perlu dibuat paling hanya dengan uang Rp 25000. Komputer bisa rental atau memiliki bila sudah berjalan. Mesin cetak janngan beli dulu karena harganya mahal, tapi bisa minta tolong jasa percetakan.

Bila buku sudah dicetak, dan buku sudah dibawa pulang, esoknya pergi ke distributor, lalu tawarkan buku tersebut. Bila pesan banyak, beri diskon dan jangan takut bila untungnya tidak banyak karena sebenarnya harga buku sudah 6 kali lipat dari HPP (harga pokok produksi).

Sebelum buku dicetak, cari sasaran pembaca. Sebagian besar penduduk Indonesia hanya lulusan SLTA, jadi karanglah buku untuk mereka. Jangan terlalu sulit dipahami, tapi yang menyenangkan. Ketika buku dicetak, kita bisa mengarang lagi atau belajar lagi untuk menambah wawasan dan jangan lupa, sering pergi kepercetakan untuk menanyakan buku kita sudah selesai dicetak belum. Dekati bos percetakan, tanyakan pengalaman usahanya.

Jangan khawatir buku tidak laku dijual. Ketika buku pertama dipasaran, orang mengenal maka mereka akan memesan lagi dan mencari kita. Intinya kita harus mengenalkan diri pada konsumen. Bila konsumen sudah tahu, maka mereka akan berbondong-bondong mencari kita. Tapi jangan lupa, cantumkan permintaan kritik dan saran yang dapat disampaikan kepada kita. Tanggapi kritik dan saran itu dengan action bukan dengan amarah. Perbaiki kekurangan kita, buat karya baru yang lebih baik.

Lalu apa yang bisa kita petik dari cerita Yudi Pramuko? Langkah awal memulai suatu usaha sangat menentukan perjalanan usaha berikutnya. Keberanian untuk memulai usaha sangat dibutuhkan. Jangan berpikir nanti ada ini ada itu, ragu-ragu dan maju-mundur, karena sebenarnya apapun dalam hidup ini pasti ada resiko atau zero risk.

“Langkah pertama diakui dapat membuat dada bergetar hebat. Tapi langkah pertama dalam wirausaha harus diakui pula dapat mengubah sejarah hidup seseorang secara tidak terduga sama sekali. Langkah pertama memang selalu menakjubkan”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar