penulis Ummu Ishaq Zulfa Husein
Sakinah Mengayuh Biduk 10 - Agustus - 2004 22:02:46
Suami adl nahkoda dlm bahtera rumah tangga demikian syariat telah menetapkan. Dengan kesempurnaan hikmah-Nya Allah ta`ala telah mengangkat suami sebagai qawwam .
الرِّجَالُ قَوَّامُوْنَ عَلىَ النِّسَاءِ
”Kaum pria adl qawwam bagi kaum wanita.”
Suamilah yg kelak akan dita dan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah ta`ala tentang keluarga sebagaimana diberitakan oleh Rasul yg mulia shallallahu alaihi wasallam:
اَلرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْؤُوْلٌ عَنْهُمْ
“Laki-laki adl pemimpin bagi keluarga dan kelak ia akan dita tentang mereka.”
Dalam menjalankan fungsi ini seorang suami tdk boleh bersikap masa bodoh keras kaku dan kasar terhadap keluarganya. Bahkan sebalik ia harus mengenakan perhiasan akhlak yg mulia penuh kelembutan dan kasih sayang. Meski pada dasar ia adl seorang yg berwatak keras dan kaku namun ketika berinteraksi dgn orang lain terlebih lagi dgn istri dan anak-anak ia harus bisa bersikap lunak agar mereka tdk menjauh dan berpaling. Dan sikap lemah lembut ini merupakan rahmat dari Allah subhanahu wa ta’ala sebagaimana kalam-Nya ketika memuji Rasul-Nya yg mulia:
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظاًّ غَلِيْظَ الْقَلْبِ لاَنْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ
“Karena disebabkan rahmat Allah lah engkau dapat bersikap lemah lembut dan lunak kepada mereka. Sekira engkau itu adl seorang yg kaku keras lagi berhati kasar tentu mereka akan menjauhkan diri dari sekelilingmu.”
Dalam tanzil-Nya Allah subhanahu wa ta`ala juga memerintahkan seorang suami utk bergaul dgn istri dgn cara yg baik.
وَعَاشِرُوْهُنَّ بِالْمَعْرُوْفِ
“Dan bergaullah dgn mereka dgn cara yg baik.”
Al-Hafidz Ibnu Katsir rahimahullah ketika menafsirkan ayat di atas menyatakan: “Yakni perindah ucapan kalian terhadap mereka dan perbagus perbuatan dan penampilan kalian sesuai kadar kemampuan. Sebagaimana engkau menyukai bila ia berbuat demikian mk engkau juga berbuat hal yg sama. Allah ta`ala berfirman dlm hal ini:
وَلَهُنَّ مِثْلُ الَّذِيْ عَلَيْهِنَّ بِالْمَعْرُوْفِ
“Dan para istri memiliki hak yg seimbang dgn kewajiban menurut cara yg ma`ruf.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sendiri telah bersabda:
خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لأَهْلِيْ
“Sebaik-baik kalian adl yg paling baik terhadap keluarga . Dan aku adl orang yg paling baik di antara kalian terhadap keluargaku .”
Termasuk akhlak Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau sangat baik hubungan dgn para istrinya. Wajah senantiasa berseri-seri suka bersenda gurau dan bercumbu rayu dgn istri bersikap lembut terhadap mereka dan melapangkan mereka dlm hal nafkah serta tertawa bersama istri-istrinya. Sampai-sampai beliau pernah mengajak ‘Aisyah Ummul Mukminin berlomba utk menunjukkan cinta dan kasih sayang beliau terhadapnya.”
Masih menurut Al-Hafidz Ibnu Katsir: ” tiap malam beliau biasa mengumpulkan para istri di rumah istri yg mendapat giliran malam itu. Hingga terkadang pada sebagian waktu beliau dapat makan malam bersama mereka. Setelah itu masing-masing istri pun kembali ke rumah. Beliau pernah tidur bersama salah seorang istri dlm satu pakaian. Beliau meletakkan rida - dari kedua pundak dan tidur dgn kain/ sarung. Dan biasa setelah shalat ‘Isya beliau shallallahu ‘alaihi wasallam masuk rumah dan berbincang-bincang sejenak dgn istri sebelum tidur guna menyenangkan mereka.
Demikian yg diperbuat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam seorang Rasul pilihan pemimpin umat sekaligus seorang suami dan pemimpin dlm rumah tangganya. Kita dapati petikan kisah beliau dgn keluarga sarat dgn kelembutan dan kemuliaan akhlak. Sementara kita diperintah utk menjadikan beliau sebagai contoh teladan.
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللهَ وَالْيَوْمَ اْلأَخِرَ وَذَكَرَ اللهَ كَثِيْراً
“Sungguh telah ada bagi kalian pada diri Rasulullah contoh yg baik bagi orang yg mengharapkan perjumpaan dgn Allah dan hari akhir. Dan dia banyak mengingat Allah.”
Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa`di rahimahullah berkata: “Ayat Allah ta`ala: وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوْفِ
dgn cara yg ma`ruf} meliputi pergaulan dlm bentuk ucapan dan perbuatan. Karena itu sepantas bagi suami utk mempergauli istri dgn cara yg ma`ruf menemani dan menyertai dgn baik menahan gangguan terhadap mencurahkan kebaikan dan memperbagus hubungan dengan termasuk dlm hal ini pemberian nafkah pakaian dan semisalnya. Dan hal ini berbeda-beda sesuai dgn perbedaan keadaan.”
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sendiri menjadikan ukuran kebaikan seseorang bila ia dapat bersikap baik terhadap istrinya. Beliau pernah bersabda:
أَكْمَلُ المُؤْمِنِيْنَ إِيْمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا وَخِيَارُكُمْ خِيَارُكُمْ لِنَسَائِهِمْ
“Mukmin yg paling sempurna iman adl yg paling baik akhlak di antara mereka. Dan sebaik-baik kalian adl yg paling baik terhadap istri-istrinya.”
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menyatakan:
خِيَارُكُمْ خِيَارُكُمْ لِنَسَائِهِمْ
karena para istri adl makhluk Allah yg lemah sehingga sepantas menjadi tempat curahan kasih sayang.
Di sisi lain beliau shallallahu alaihi wasallam memerintahkan utk berhias dgn kelembutan sebagaimana tuntunan beliau kepada istri Aisyah:
عَلَيْكِ بِالرِّفْقِ
“Hendaklah engkau bersikap lembut .”
Dan beliau shallallahu alaihi wasallam menyatakan:
إِنَّ الرِّفْقَ لاَ يَكُوْنَ فِي شَيْءٍ إِلاَّ زَانَهُ وَلاَ يُنْزَعُ مِنْ شَيْءٍ إِلاَّ شَانَهُ
“Sesungguh kelembutan itu tidaklah ada pada sesuatu melainkan ia akan menghiasi . Dan tidaklah dihilangkan kelembutan itu dari sesuatu melainkan akan memperjeleknya.”
إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الرِّفْقَ فِي اْلأَمْرِ كُلِّهِ
“Sesungguh Allah mencintai kelembutan dlm segala hal.”
وَيُعْطِي عَلَى الرِّفْقِ مَا لاَ يُعْطِي عَلَى الْعُنْفِ وَمَا لاَ يُعْطِي عَلَى سِوَاهُ
“Dan Allah memberikan kepada sikap lembut itu dgn apa yg tdk Dia berikan kepada sikap kaku/ kasar dan dgn apa yg tdk Dia berikan kepada selainnya.”
Al-Imam An-Nawawi rahimahullah berkata: “Dalam hadits-hadits ini menunjukkan keutamaan sikap lemah lembut dan penekanan utk berakhlak dengannya. Serta celaan terhadap sikap keras kaku dan bengis. Kelembutan merupakan sebab tiap kebaikan. Yang dimaksud dgn Allah memberikan kepada sikap lembut ini adl Allah memberikan pahala atas dgn pahala yg tdk diberikan kepada selainnya.
Al-Qadhi berkata: “Makna dgn kebaikan tersebut akan dimudahkan tercapai tujuan-tujuan yg diinginkan dan akan dimudahkan segala tuntutan maksud dan tujuan yg ada. Di mana hal ini tdk dimudahkan dan tdk disediakan utk yg selainnya.”
Dalam hubungan dgn istri dan keluarga seorang suami harus membiasakan diri dgn sifat rifq ini. Termasuk kelembutan seorang suami ialah bila ia menyempatkan utk bercanda dan bersenda gurau dgn istrinya. Hal ini dilakukan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dgn istri sebagaimana dinukilkan di atas. ‘Aisyah radhiallahu anha menceritakan apa yg ia alami dgn suami dan kekasih yg mulia. dlm sebuah safar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda kepada para shahabatnya:
“Majulah kalian “. mk mereka pun berjalan mendahului beliau. Lalu beliau berkata kepada ‘Aisyah : “Ayo kita berlomba lari”. Kata Aisyah: “Akupun berlomba bersama beliau dan akhir dapat mendahului beliau”. Waktupun berlalu. Ketika Aisyah telah gemuk Rasulullah kembali mengajak berlomba dlm satu safar yg beliau lakukan bersama ‘Aisyah. Beliau bersabda kepada para shahabatnya: “Majulah kalian”. mk mereka pun mendahului beliau. Lalu beliau berkata kepadaku: “Ayo kita berlomba lari”. Kata ‘Aisyah: “Aku berusaha mendahului beliau namun beliau dapat mengalahkanku”. Mendapatkan hal itu beliau pun tertawa seraya berkata: “Ini sebagai balasan lomba yg lalu .” .
Allah ta`ala Yang Maha Adil menciptakan wanita dgn segala kekurangan dan kelemahannya. Ia butuh dibimbing dan diluruskan krn ia merupakan makhluk yg diciptakan dari tulang yg bengkok. Namun meluruskan butuh kelembutan dan kesabaran agar ia tdk patah.
المرْأَةُ كَالضِّلَعِ إِنْ أَقَمْتَهَا كَسَرْتَهَا وَإِنِ اسْتَمْتَعْتَ بِهَا اِسْتَمْتَعْتَ بِهَا وَفِيْهَا عِوَجٌ
“Wanita itu seperti tulang rusuk bila engkau meluruskan engkau akan mematahkannya. Dan bila engkau ingin bersenang-senang dengan engkau dapat bersenang-senang dengan namun pada diri ada kebengkokan.”
Demikian disabdakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dlm hadits yg diriwayatkan Al-Imam Al-Bukhari dlm Shahih- dan Al-Imam Muslim dlm Shahih- . Dan hadits ini diberi judul bab oleh Al-Imam Al-Bukhari dgn bab Al-Mudarah ma`an Nisa .
Rasul yg mulia shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda:
وَاسْتَوْصُوْا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا فَإِنَّهُنَّ خُلِقْنَ مِنْ ضِلَعٍ وَإِنَّ أَعْوَجَ شَيْءٍ فِي الضِّلَعِ أَعْلاهُ فَإِنْ ذَهَبْتَ تُقِيْمُهُ كَسَرْتَهُ وَإِنْ تَرَكْتَهُ لَمْ يَزَلْ أَعْوَجَ فَاسْتَوْصُوْا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا
“Berwasiatlah kalian kepada para wanita krn mereka itu diciptakan dari tulang rusuk. Dan bagian yg paling bengkok dari tulang rusuk adl bagian yg paling atas. Bila engkau paksakan utk meluruskan mk engkau akan mematahkannya. Namun bila engkau biarkan begitu saja mk dia akan terus menerus bengkok. Karena itu berwasiatlah kalian kepada para wanita .”
Dalam riwayat Muslim disebutkan:
وَإِنْ ذَهَبْتَ تُقِيْمُهُ كَسَرْتَهُ وَكَسْرُهَا طَلاقُهَا
“Dan bila engkau paksakan utk meluruskan mk engkau akan mematahkannya. Dan patah adl dgn menceraikannya.”
Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-’Asqalani rahimahullah berkata: “Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam maksud adl aku wasiatkan kepada kalian utk berbuat baik dgn para wanita . mk terimalah wasiatku ini berkenaan dgn diri mereka dan amalkanlah.”
Beliau melanjutkan: “Dan dlm sabda Nabi seakan-akan ada isyarat agar suami meluruskan istri dgn lembut tdk berlebih-lebihan hingga mematahkannya. Dan tdk pula membiarkan hingga ia terus menerus di atas kebengkokannya.”
Dalam hadits ini juga ada beberapa faidah di antara disukai utk bersikap baik dan lemah lembut terhadap istri utk menyenangkan hati Di dlm hadits ini juga menunjukkan bagaimana mendidik wanita dgn memaafkan dan bersabar atas kebengkokan mereka. Siapa yg tdk berupaya meluruskan mereka dia tdk akan dapat mengambil manfaat darinya. Padahal tdk ada seorang pun yg tdk butuh dgn wanita utk mendapatkan ketenangan bersama dan membantu dlm kehidupannya. Hingga seakan-akan Nabi mengatakan: “Merasakan keni’matan dgn istri tdk akan sempurna kecuali dgn bersabar terhadapnya”. Dan satu faidah lagi yg tdk boleh diabaikan adl tdk disenangi bagi seorang suami utk menceraikan istri tanpa sebab yg jelas.
Dengan ada tuntunan beliau di atas seyogya seorang suami menjalankan tugas sebagai pemimpin dgn penuh kelembutan dan kasih sayang kepada istri dan keluarga yg lain. Sebagaimana istri pun diperintah utk taat kepada dlm perkara yg baik sehingga akan terwujud ketenangan di antara kedua dan abadilah ikatan cinta dan kasih sayang.
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُم مِّنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجاً لِتَسْكُنُوْا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً
“Di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya Dia menciptakan utk kalian istri-istri dari jenis kalian agar kalian merasakan ketenangan bersama dan Dia menjadikan cinta dan kasih sayang di antara kalian.”
هُوَ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَجَعَلَ مِنْهَا زَوْجَهَا لِيَسْكُنَ إِلَيْهَا
“Dialah yg menciptakan kalian dari jiwa yg satu dan Dia menjadikan pasangan dari jiwa yg satu itu agar jiwa tersebut merasa tenang bersamanya.”
Demikian kemuliaan dan kelembutan Islam yg menuntut pengamalan dari kita sebagai insan yg mengaku tunduk kepada aturan Ilahi. Wallahu ta`ala a`lam bish-shawab.
Sumber: www.asysyariah.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar