Melangkah sekuat tenaga,
Tersayut-sayut mencari puncak jagat raya,
Melintasi bukit, lembah dan lautan,
Melawan badai hujan menembus belantara.
Menapak jalan yang terbakar hitam legam,
Menjejak bebatuan yang pecah berkeping-keping,
Lengas badan tersapu angin tiada henti,
Hitam kulit dipoles cahaya mentari,
tebal rambut diminyaki lumpur kali.
Badan memar dan berhias biru haru…
Untuk matahari yang telah menunggu ….
Berdiri menyambut di depan pintu
Ketika tiba di beranda rumah,
Berbekal minyak dengan cahaya secercah,
Engkau berdiri dan menyapa dengan ramah,
Engkau, adalah bumbu dari ketulusan,
Engkau sari asinnya garam lautan,
Engkau asam dan manisnya buah-buahan,
Engkau pedasnya cabai dan segarnya dedaunan,
Dikau berikan aku kenikmatan sejuta kecapan.
Rambutmu hitam berenda kilau bebatuan,
Bibirmu merah merekah bak mawar pegunungan,
Engkau hiaskan aneka warna pakaian,
Engkau wujudkan dirimu sebagai pelangi keindahan.
Tatapanmu hening sebening hujan,
Engkau hanyutkan debu dan lumpur di badan,
Engkau hanyutkan semua sisa kelelahan,
Engkau manifestasi abadi atas kesejukan,
Engkau, manifestasi dari mentari surga,
Rupamu, keindahan tiada tara,
Wangimu, sari sang cendana ,
Suaramu, bait kidung sang pujangga,
Tatapanmu, kesejukan zamrud dunia.
Wahai yang kucinta.
Salam bahagia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar